Faktaseleb- Tur dunia “Renaissance” Beyoncé yang baru saja dimulai di National Arena di Stockholm lalu telah menarik penggemar dari Amerika Serikat dan berbagai belahan dunia untuk hadir dalam konser tersebut.
Sebagian penggemar memutuskan untuk terbang ke Swedia karena harga di negara itu lebih rendah, sementara sebagian lainnya didorong oleh kegembiraan menyaksikan Beyoncé secara langsung.
Menurut Michael Grahn, kepala ekonomi Danske Bank di Swedia, lonjakan harga hotel dan biaya lain yang dibayarkan oleh para penggemar menjadi penyebab utama inflasi yang hanya turun sebesar 0,2 persen pada bulan Mei, angka yang lebih rendah dari perkiraan.
“Mungkin semua itu tidak hanya tergantung padanya karena ada peristiwa lain yang terjadi, tetapi ketika Anda memikirkan apa penyebabnya, dia (konser Beyoncé) adalah tersangka utama.” terang Grahn dilansir dari Republika.co.id
Grahn juga mendengar bahwa para penggemar Beyoncé mengalami kesulitan dalam mendapatkan akomodasi karena tarif hotel yang meningkat.
Data statistik resmi menunjukkan penurunan inflasi yang lebih kecil dari yang diperkirakan oleh para ekonom, sebagian besar disebabkan oleh pengeluaran yang lebih tinggi untuk hotel dan restoran selama bulan Mei. Para ekonom sebelumnya memperkirakan inflasi mencapai 7,8 persen pada bulan tersebut.
Grahn menjelaskan bahwa salah satu alasan mengapa target inflasi belum tercapai adalah karena adanya penggemar Beyoncé dari luar negeri yang datang ke Swedia. Para penggemar Amerika Serikat harus membayar hingga 900 dolar AS untuk tur di Amerika, sehingga beberapa orang mencari opsi yang lebih terjangkau di Eropa.
Meskipun ada anggapan bahwa Beyoncé adalah faktor utama di balik lonjakan inflasi, beberapa ekonom tidak yakin akan kekuatan pengaruh pasar yang dimilikinya. James Pomeroy, seorang ekonom global di bank HSBC, menyatakan bahwa meskipun ada kenaikan biaya akomodasi sebesar 8,7 persen dibandingkan bulan sebelumnya pada bulan Mei, biaya makanan, paket liburan, dan hewan peliharaan juga berperan dalam angka inflasi tahunan.
“Jadi, walaupun Beyoncé mungkin telah menyebabkan kejutan dalam data satu bulan, dia bukanlah penyebab inflasi di Swedia yang jauh melebihi target bank sentral.” ucap Pomeroy dilansir dari republika.co.id
Marcus Widén, seorang ekonom di bank korporat Nordik SEB Group, menyatakan bahwa pengeluaran tinggi untuk hiburan dan hotel pada bulan Mei tidak cukup untuk dianggap sebagai anomali sejarah. Dia juga mencatat adanya peningkatan harga secara keseluruhan pada bulan tersebut.
“Jadi, meskipun Beyoncé mungkin memberikan dampak yang signifikan, saya pikir ada tekanan kuat secara umum pada sektor ini pada bulan Mei,” ujar Widén.
Selain faktor konser Beyoncé, Swedia juga menghadapi inflasi yang tinggi dan biaya rumah tangga yang lebih tinggi karena gangguan pasar grosir energi dan jaringan distribusi akibat invasi Rusia ke Ukraina.
Meskipun negara-negara Uni Eropa yang menggunakan mata uang euro mengalami resesi, Swedia berhasil mengatasi pandemi COVID-19 dengan lebih baik daripada beberapa negara tetangganya, sebagian dengan menjaga bisnis dan gedung publik tetap buka.